Gaji Teman Saya Hanya 700-ribu, tapi Dia Bisa beli Motor dan Kuliah

Beberapa waktu yang lalu saya bertemu dengan teman seangkatan dulu waktu kuliah, dulu kami tidak terlalu dekat, jadi tidak banyak hal yang saya tahu dari dirinya. Kemarin kami saling berbincang-bincang tentang masa kuliah dulu, dan dia bercerita tentang perjuangannya saat itu, kerja dengan gaji 700ribu, harus membayar kridit motor sekitar 400ribu tiap bulan, dan kuliah yang dia biayai sendiri. Apa yang membuat teman saya yang satu ini bisa tetap kuliah dengan biaya sendiri dan memiliki sepeda motor, padahal gaji dari pekerjaannya di rumah sakit hanya sebesar Rp 700.000, 00, mari kita lihat pengakuan teman saya ini.

Selepas lulus kuliah, teman saya mendaftar kerja di salah satu rumah sakit di kotanya, namun tanpa sepengetahuan orang tuanya, yah orang tua teman saya berharap anaknya meneruskan kuliah di universitas negri yang ada di sana, namun teman saya tidak mau, dia hanya mau kuliah jika dia bisa membiayainya sendiri. Sekitar satu bula berlalu dari waktu pendaftaraan di RS itu, datang surat penerimaan kerja ke rumahnya yang saat itu diterima oleh ayahnya, teman saya yang kala itu baru pulang kaget melihat ayahnya sedang memegang surat dengan wajah serius. Ayahnya marah karena anaknya tidak mendaftar kuliah, namun malah mendaftar kerja di RS, saat itu ayahnya marah-marah, namun setelah teman saya memberikan penjelasan kepada orang tuanya bahwa dia mau kuliah dengan duitnya sendiri, orang tuanya menangis dan memeluk anaknya itu. Ayah dan ibunya memaafkan perbuatannya yang menantang keinginan orang tua, mereka mengijinkan anaknya kerja namun mereka tetap berharap anaknya kuliah.

Setelah bekerja di RS selama beberapa bulan, akhirnya teman saya mendaftar di salah satu kampus ternama di kota kami, bersama saya satu jurusan yang akhirnya kami saling kenal walau tak terlalu akrab. Dia bercerita bahwa dulu ketika bekerja di RS, gajinya hanya 700 ribu, dan tentu saja itu tidak cukup untuk membiayai hidupnya, belum lagi bayaran semesteran, dan dia ingin memiliki sepeda motor sendiri, namun dia tetap tidak mau merepotkan orang tuanya. Dari situ, dia mau berusaha, menjual apapun asal dia mendapatkan uang tambahan yang halal, mulai dari menjajakan snack ke teman-teman kantornya, jualan baju, jualan makanan, jualan sendal, dan lain sebagainya dia lakukan hanya untuk mendapatkan uang tambahan. Jadi saat itu dia bekerja dari pagi hingga sore jam 2 siang, lalu dia pulang mengambil dagangannya dan menjajakan ke teman-teman kantornya, setelah selesai berjualan, jam 5 dia berangkat ke kampus untuk kuliah (dia ambil kelas malam). Seperti itulah kegiatannya setiap hari, walau terkadang malu dan lelah, dia terus bersemangat untuk masa depannya. Pada semester ke 2, dia mengambil sepeda motor dengan pembelian secara kridit sebesar 400 ribu, dia meneruskan jualannya bahkan sampai penghasilannya melebihi gaji bulannannya di RS itu. Dari penghasilah di RS dan hasil jualannya, dia mampu membiayai kuliahnya secara mandiri, dia juga berhasil melunasi sepeda motornya dengan biaya sendiri, lalu setelah lulus kuliah dia akhirnya naik jabatan dan gajinya bertambah, namun kegiatan jual belinya tetap dia jalankan hingga saat ini.

Ketika wisuda, ayah dan ibunya datang, mereka menangis melihat anak bandelnya berhasil lulus kuliah dengan biayanya sendiri, dan mereka sangat bahagia melihat anaknya sukses dalam dunia pendidikan.

 
sumber gambar : Kaskus

Melihat perjuangan teman saya ini, saya jadi teringat dengan sebuah berita di internet yang mengatakan bahwa anak-anak di Jepang kuliah dengan biayanya sendiri, mereka kebanyakan bekerja part time untuk membiayai kuliahnya, bahkan mereka tidak meminta uang kepada orang tuanya untuk biaya kuliahnya, ini yang seharusnya kita contoh, bukannya kartun dan iykwim-nya yang kita suka. Untuk anda yang kini kuliah dengan biaya orang tua, menghambur-hamburkan uang mereka, dan gak lulus-lulus karena malas, malu woi.
Previous
Next Post »