Ekspektasi dan Reality Dalam Dunia Usaha

Ketika saat ini anda ingin menjadi seorang pengusaha, apa yang ada dalam pikiran anda sehingga anda sangat ingin menjadi seorang pengusaha? Kenapa anda tidak cari kerja saja? Beberapa harapan dari dunia usaha yang sering daya dengar dan saya juga mengharapkannya adalah :

  • Pengusaha itu enak, banyak waktunya, punya banyak pegawai, jadi bos, gak ada yang nyuruh-nyuruh, dan keuntungannya banyak, bisa melakukan apapun "semau gue", dan bisa libur seenaknya sendiri tanpa harus memikirkan hari senin atau minggu.
Yah itu adalah ekspektasi paling mainstream yang sering saya dengar, harapan seorang yang mengira bahwa dunia usaha adalah jalan yang enak, nyaman, dan menyenangkan. Namun ketika mereka akan mencobanya, bahkan sebelum mencoba (baru niat), mereka sudah dihadapkan dengan kenyataan seperti ini :

  • Mau buka usaha tapi gak punya modal, gak punya relasi, gak punya ketrampilan, gak bisa dagang, gak punya tempat usaha. Mau buka ini takut rugi, mau buka itu sudah banyak yang buka, mau buka yang lain takut gagal, mau join sama teman takutnya gak bisa kerja sama.
Dan akhirnya sebagian besar menyerah dan lebih memilih untuk nyari kerja, melupakan keinginan mereka, harapan mereka, dan cita-cita mereka dalam dunia usaha. Apakah salah? Tidak! Itu hak masing-masing orang, mereka semua punya mimpi dan mereka tahu kemampuan mereka sendiri untuk mewujudkan keinginan mereka.
 
Lalu bagaimana menangani harapan yang sangat tinggi tentang dunia usaha, sedangkan kenyataannya berbeda dari yang kita harapkan? Saya memiliki beberapa pengalaman tentang ekspektasi vs kenyataan dan penyelesaiannya, mungkin ada yang bermanfaat dari pengalaman saya ini.
 
  • Ketika saya mengira dunia usaha itu mudah, dan saya memulainya, namun ternyata cukup sulit, lalu saya mengingat kembali mimpi-mimpi saya, cita-cita, dan harapan yang tinggi. Saya mau mengalah untuk berkorban terlebih dahulu demi harapan saya sendiri, dan memang jauh dari harapan saya, namun saya bisa belajar banyak dari pengalaman.
  • Ketika saya mengira menjual barang itu mudah, saya menemui banyak kendala dari masalah harga, kualitas, promosi, karakter pelanggan, dan lain sebagainya, namun dari situ akhirnya saya bisa belajar banyak. Saya bersabar untuk bisa menjual barang dengan profesional, saya belajar melayani pelanggan, saya belajar memilih barang berkualitas, dll.
  • Ketika saya mengira bahwa pengusaha adalah bos, namun kenyataannya kita melayani pelanggan yang notabennya adalah raja, saat itu saya sadar bahwa dunia usaha itu sangat berbeda dari harapan saya. Namun saya jadi belajar untuk dewasa, apa itu makna bos, apa tanggung jawabnya, dan semakin ke sini saya semakin merunduk, ilmu padi harusnya digunakan saat memulai dunia usaha.
  • Ketika usaha yang saya kira akan berhasil namun gagal, saya sedih melihat kenyataan itu, namun saya mendapatkan banyak pelajaran dan pengalaman dari situ, yah saya banyak mengalami kegagalan dan itu semua membuat saya semakin kuat dalam dunia usaha.

Masih banyak contoh yang saya alami dalam dunia usaha, namun sepertinya kalau di tulis di sini gak akan muat, jadi cukup itu saja sebagai contohnya. Oke kembali ke benang merah, ketika harapan tak seperti kenyataan, maka maju terus. Ketika nasi sudah menjadi bubur, jangan sesali, tambahkan saja irisan daging ayam, abon, kecap, dan kerupuk, maka anda akan mendapatkan semangkuk bubur yang lezat.


Andaikata anda sudah memulai usaha, dan terbentur dengan kenyataan bahwa anda belum berhasil, ingatlah saat ini anda sedang membaca tulisan ini, anda masih hidup dan diberi kesempatan untuk memperbaikinya. Kalau anda ingin sukses, maka anda memiliki banyak jalan, dan saat anda memilih jalan dalam dunia usaha, maka pastikan anda yakin bahwa anda memiliki banyak jalan untuknya, simpan harapan anda dan hadapi kenyataan yang ada!
Previous
Next Post »