Dua Usaha yang Sama, Berdampingan, Namun Beda Rejekinya

Beberapa waktu yang lalu saya sedang jalan-jalan di kota, pengin nyari makanan apa gitu yang aneh tapi enak. Sampailah saya di sebuah rumah makan yang menyediakan menu gulai kambing, tongseng, dan sate, pokoknya segala jenis olahan dari daging kambing. Dari luar terlihat parkiran yang sudah hampir penuh, saya lihat banyak pegawai sibuka menyiapkan masakan, ada yang bakar sate, masak gulai, melayani pelanggan, dan ada juga yang berdiri di meja kasir melayani pembayaran. Karena saking ramainya, saya sengaja memesan gulai kambing untuk dibungkus saja (males ah makan di tempat yang super ramai), pelayannya ramah, murah senyum, dan tak segan menanyakan hal yang sederhana, cekatan dan terlihat profesional. Setelah mendapat pesanan, saya melanjutkan perjalanan untuk pulang, namun baru beberapa meter dari parkiran rumah makan itu, terlihat ada satu lagi rumah makan yang menyediakan menu yang sama, namun terlihat sangat sepi, bahkan tidak ada motor atau mobil yang terparkir di depannya.

Karena saya merasakan enaknya gulai itu, beberapa kali saya sering mampir ke RM itu, ramai, sibuk, namun pelayanan mereka cepat, gak liat yang bawa mobil, motor, atau jalan kaki, semua dilayani dengan baik dan adil. Nah suatu ketika pernah saya datang ke RM itu, saat itu benar-benar edan, pelanggan yang datang tumpah ruah, parkiran sampai numpang di depan toko sebelahnya, saya lihat kursi di dalamnya sudah penuh, saya yang berniat makan di situ akhirnya mengurungkan niat, males juga kalau antrinya lama. Akhirnya saya ingat RM sebelah yang juga menjual menu yang sama, iseng juga saya mau nyobain di sana. Pas saya masuk, eh gak ada orangnya, terlihat sangat sepi (kontras banget sama yang tadi), saya panggil-panggil dulu baru deh tuh penjual keluar, dengan muka gak bersahabat menanyakan jutek mau pesan apa, ya elah nih yang jual jutek gini pantesan sepi. Saya memesan sate dan gulai di RM itu, pelayanannya sangat-sangat lama, kayaknya kalau dibandingin sama yang sebelah jauh banget, harganya juga lebih mahal, dan seperti yang tadi saya singgung, pelayannya jutek, hanya satu orang saja yang melayani, tak terlihat orang lain yang membantu. Pas saya cicipi, buset rasanya hambar banget, kayak makanan basi gitu, sebenarnya udah mau pergi tapi sayang juga udah dibayar, makanan udah dipesan ntar mubadzir, akhirnya saya terpaksa habiskan walaupun mulut menolak memakannya. Setelah selesai, saya beranjak pergi, dan sang penjual seakan tak bisa tersenyum, dia cuek melihat saya pergi tanpa memberikan senyuman atau ucapan basa-basi, buset dah.

Dari 2 tempat usaha tersebut, saya sempat berfikir kenapa bisa beda, padahal sama barang yang dijual, tempatnya berdekatan, namun yang satu ramai yang satu sepi. Dari pengalaman membeli di sana, ada beberapa hal yang saya simpulkan dari usaha mereka,

  • RM yang ramai memiliki pegawai yang banyak yang siap melayani pelanggan dengan sigap, dari pegawai yang banyak itu, tentu Allah Swt juga memberikan rejeki yang lebih kepada pemilik RM itu sebagai perantara untuk rejeki para karyawannya, wajar lah jika usaha itu ramai. Memang kan sifat usaha itu sebagai perantara untuk orang lain, jadi semakin banyak yang terlibat, maka semakin banyak juga rejekinya. Sedang RM yang sepi, pelayannya hanya satu orang ketus (mungkin malah pemiliknya), mungkin hal itu juga yang membuat RM itu sepi, Allah maha adil kok, mungkin rejekinya udah cukup untuk satu orang itu saja.
  • Pelayanan dari RM yang ramai semakin baik, karena semakin banyak pelayan maka pelanggan semakin cepat ditangani pesanannya, mereka siap dan profesional, hal itu tentu membuat pelanggan merasa puas dengan kinerja mereka. sedang RM yang sepi, pelayannya cuma satu orang, yah mungkin kalau yang datang satu dua orang masih bisa cepat, nah kalau tiba-tiba ada pelanggan banyak yang mampir, gak kesleo itu tangan?
  • Rasa masakan adalah hal utama dari bisnis di dunia kuliner, sebagus apapun tempatnya, kalau makanannya gak enak, tentu akan kalah dengan yang lebih enak walau tempatnya sederhana. RM yang ramai punya menu yang banyak, rasa masakannya terjaga, lezat, dan saya lihat bersih, sedangkan RM yang sepi di sebelahnya, menunya dikit, rasanya udah gak usah dibahas lagi, banyak nyamuk, dan keadaan sepi itu ditambah dengan banyak lalat yang berterbangan kadang transit di piring dan gelas, maklum kalau sepi.
Yah mungkin perbedaan itulah yang bisa saya simpulkan, rejeki memang sudah ditentukan oleh Allah Swt, gak akan tertukar dan gak akan direbut orang lain, tinggal bagaimana berusaha untuk mendapatkan rejeki yang sudah dijanjikan Allah Swt, usaha, kerja keras, berdo'a, dan tentu saja tawakal adalah santapan kita jika mencari cara mendapatkan rejeki, namun pertanyaannya adalah, sudah dijalankan belum? Apa usahanya sudah maksimal? Apa kerjanya udah keras? Apa gak lupa berdo'a? Apa sudah tawakal? Semua harus berjalan bersama, dan semua ada tahapannya.

 
sumber gambar : tripadvisor.co.id

Kalau saat ini usahamu sepi, sedang sebelahmu yang jualannya sama malah ramai, jangan negatif thinking dengan memfitnah mereka memakai dukun, introspeksi diri aja dulu, pasti ada yang salah denganmu, barangkali kamu lupa mandi kalau mau berangkat jualan, jadi bau tuh badan, pelanggan yang udah cakep gak mau deket-deket sama kamu xixixixi...
Previous
Next Post »