Kegagalan Saya dalam Mengembangkan Usaha

Mohon maaf maksud saya sebenarnya "belum berhasil" bukannya Gagal, namun kayaknya kalau judul artikelnya belum berhasilnya saya bla bla bla jadi terkesan kurang wow, jadi saya pilih kata kegagalan saja, jadi semoga anda memahami maksud saya, karena kita sebenarnya tidak gagal saat kita belum berhenti mencoba.

Saya sedikit curhat tentang usaha saya, usaha pertama saya yaitu warung kelontong (baca disini), namun hingga saat ini warung tersebut belum menjadi toko ataupun mini market, sampai sekarang saya belum berhasil mengembangkan usaha saya tersebut. Dulu saya memiliki target dari usaha tersebut, karena saya memulainya dari 0, saya ingin terus berkembang ke tingkat 1 (tempat, dagangan, target keuntungan), dan ke tingkat ke 2 (toko atau minimarket dengan sistem modern), namun hingga saat ini masih mentok di tingkat ke 1 saja, banyak sekali alasan saya yang menyebabkan saya belum bisa mengembangkan usaha tersebut, diantaranya adalah :

1. Tempat
Warung saya memang berada di pinggir jalan, namun jalan di tempat itu adalah jalan yang sepi di perdesaan (bukan jalan utama), jadi pelanggan utama saya adalah tetangga saya sendiri yang hanya berjumlah 100-200 orang saja, jadi untuk berkembang menjadi sebuah mini market, saya rasa harus pindah tempat yang lebih ramai.

2. Modal
Jujur saja untuk mengebangkan warung hingga sampai saat ini saja, sudah banyak sekali modal yang dikeluarkan, dan tentu modal tersebut sangat berpengaruh terhadap kelangsungan warung saya. Modal yang saya dapatkan adalah dari kakak saya sendiri, dan dia juga sekarang sudah tidak terlalu fokus dengan warung, jadi mau tidak mau saya tidak mendapat tambahan modal lagi yang mengakibatkan perkembangan warung yang mentok.

3. Pertempuran hati
Wuihhhh kayak lagunya Netral yah judulnya pertempuran hati. Iya memang saya mengalami pertempuran hati, di satu pihak saya ingin membangun sebuah toko modern (katalah seperti alfamart atau indomart) namun saya menyadari lingkungan saya, hampir 70% tetangga saya adalah saudara saya sendiri, dan hampir semua dari mereka sering berhutang ke warung, dan terkadang macet (lupa lah, kabur lah, gak bayar-bayar lah), nah dari situ bisa dihitung berapa kerugian saya jika terus-terusan begini. Bukannya gak mau nagih, tapi saya jadi orang lebih memilih mengalah daripada ribut hanya karena masalah uang (saya sudah sering mengalami ribut gara-gara pelanggan yang gak mau bayar hutang). Mau tidak mau saya yang mengalah, dengan membiarkan mereka yang gak bayar hutang. Di pikiran saya gini, sama tetangga dan saudar inih, daripada saya nagih dan pasti ribut, mending saya mengalah dan mengikhlaskan saja beberapa rupiah saya, kalau memang rejeki nanti juga ada gantinya. Namun saya tidak menyarankan hal seperti ini kepada kalian, karena ini di luar sistem jual beli, ini pilihan saya sendiri.
Mungkin itu adalah 3 besar alasan usaha pertama saya belum bisa berkembang juga, dan saya juga sudah tidak terlalu bernafsu untuk terus mengembangkannya, karena saya lebih memilih membuka usaha lain yang menurut saya lebih menguntunkan dan tentu saja jauh dari ribut dengan saudara sendiri (malu gan ribut gara-gara duit).
Previous
Next Post »