Saya Punya Mimpi, Sebuah Mimpi yang Gila!

Saya hidup di sebuah kampung di pinggiran kota, yang saya lihat saat ini kehidupan di desa saya sudah semakin maju, hampir semua orang sudah memiliki kehidupan layak seperti yang pemerintah janjikan, banyak dari kami yang sudah mengenyam pendidikan wajib hingga SMA, bahkan bisa menjadi sarjana. Kini kehidupan di desa sudah jauh berbeda dari beberapa tahun yang lalu dimana banyak pemudan dan pemudi belajar di sawah dan kebun untuk menanam, para pemuda yang hanya akan terlihat di malam hari ketika mereka baru kembali dari ladang. Kini kehidupan semacam itu hampir tidak ada, kebanyakan pemuda pemudi di desaku, mereka berangkat ke kota besar untuk mengadu nasib di sana, yang menetap di desa akan membuat usaha, yang memiliki pendidikan tinggi akan mencari kerja, tujuan mereka masih tetap menjadi PNS dengan gaji tinggi dan tunjangan-tunjangan. Sawah dan ladang kami sekarang terbengkalai dan tidak terawat karena pemudanya sibuk di kota.
 
Saya memiliki sebuah mimpi, dimana kehidupan saat ini berubah, para sarjana dan orang berpendidikan lainnya mau membuat terobosan baru dengan menghidupkan lagi pertanian dan perkebunan di desa, mereka mau bekerja keras untuk memaksimalkan kesuburan tanah di desa kami dengan bantuan teknologi yang mereka kuasai, para anak kecil meletakkan gadjet mereka dan bergegas ke sungai untuk berenang dengan teman-temannya, ibu-ibu pergi ke sawah dan ladang untuk memanen sayuran, bapak-bapak yang sudah tua berada di sawah untuk memantau tanamannya. Mereka tidak merantau, tidak bekerja di kota, dan tidak antri untuk masuk menjadi pejabat pemerintah atau sekedar masuk ke BUMN, mereka sudah makmur di desanya sendiri. Banyak sekali lowongan pekerjaan di desa dengan gaji tinggi, banyak sekali peluang usaha yang terbuka di desa dengan omset yang besar, banyak modal sedikit usaha. Mereka hidup damai dan makmur, desa menjadi ramai kembali dengan warganya yang makmur sejahtera. Tak ada lagi maling karena hampir semua orang sudah mampu membeli mainan mahal untuk anaknya, tak ada lagi kebencian karena kemakmuran yang merata, tak ada lagi pengangguran karena sejak dini mereka diberi pelajaran untuk aktif bergerak, sekolah lebih banyak praktek daripada teori, guru lebih aktif bekerja dan tidak jenuh di kantornya.
Kami kembali ke desa, kami membangun desa, dan kami hidup makmur di desa yang kami cintai, kami tak perlu pergi ke kota karena  udara di desa kami lebih segar, airnya mengalir deras dan jernih, pemandangan alamnya indah, asap kendaraan sangat minim, namun teknologi maju pesat. Yang ada adalah, para orang kota yang berwisata ke desa kami, mereka kagum dengan desa yang terpencil namun maju, banyak dari mereka yang memutuskan untuk menjadi warga di desa kami, banyak dari mereka yang akhirnya jatuh hati kepada desa kami, mereka malu hidup di kota dan memilih untuk hidup damai di desa. Pemerintah beserta pejabatnya akan hidup dengan semakin makmur, mereka tidak perlu memperdulikan lagi nasib rakyatnya karena rakyatnya sudah hidup dengan makmur secara mandiri, tidak perlu ada pengembangan desa dan dana yang dikorupsi karena kami sudah bisa hidup mandiri, tunjangan untuk pejabat akan dinaikkan 20x lipat, dan kami warga desa tak peduli, kami sudah memiliki segalanya di desa kami sendiri.
Ah ternyata saya terbangun dan mimpi itu ikut lenyap, saya tersadar bahwa hari sudah cerah dan saya harus pergi ke kota untuk berdagang, melewati jalanan rusak yang macet dengan pengendara roda dua, asap di jalanan adalah udara yang harus saya nikmati setiap hari, sesampainya di kota udaranya snagat panas, tanpa kipas saya akan mandi keringat walaupun tak bergerak, oh kabar berita hari ini adalah kenaikan nilai tukar Rupiah terhadap dollar (lagi), ada juga berita tentang korupsi, tunjangan pejabat, dan lain sebagainya. Kapan mimpi saya akan terwujud? Kapan mimpi gila ini akan nyata? Haruskah saya tidur lagi?!
Previous
Next Post »